1. News
  2. Internasional

Bagaimana Al-Qassam Melancarkan Salah Satu Operasi Paling Rumit Sejak Awal Perang?

Zarah Amala
Kamis, 21 Agustus 2025 / 27 Safar 1447 10:15
Bagaimana Al-Qassam Melancarkan Salah Satu Operasi Paling Rumit Sejak Awal Perang?
Foto: tangkapan video

GAZA (Arrahmah.id) – Sebuah laporan militer mengungkap rincian operasi terbaru yang dilakukan Brigade Al-Qassam, sayap bersenjata Hamas, pada Rabu lalu (20/8/2025) di tenggara Khan Yunis, Gaza selatan. Target serangan adalah pos militer baru yang didirikan pasukan pendudukan ‘Israel’, yang dalam beberapa pekan terakhir memperkuat kehadirannya di wilayah itu.

Operasi ini tidak dilakukan secara sporadis, melainkan dengan perencanaan matang dan koordinasi tinggi. Al-Qassam menurunkan unit setingkat peleton infanteri, yang masing-masing anggotanya memiliki tugas khusus dalam menyerang dan menembus garis pertahanan musuh.

Serangan Berlapis

Tahap pertama dimulai dengan serangan pembuka: sejumlah tank Merkava yang ditugaskan menjaga pos dihantam dengan ranjau peledak dan roket antitank. Ledakan-ledakan itu bukan hanya melumpuhkan kendaraan, tetapi juga memutus jalur pergerakan pasukan ‘Israel’ yang mencoba masuk ke area benteng.

Di tahap berikutnya, para pejuang menargetkan rumah-rumah yang diubah ‘Israel’ menjadi tempat berlindung dan titik tembak. Dengan enam proyektil penghancur bunker dan anti-personel, bangunan-bangunan itu berubah menjadi perangkap mematikan bagi tentara yang bersembunyi di dalamnya. Rentetan tembakan senjata otomatis kemudian menyapu jalur keluar, memaksa pasukan musuh bertahan dalam posisi yang semakin rapuh.

Sebagai bagian dari operasi ini, Al-Qassam juga melancarkan beberapa serangan istimewa, termasuk sebuah operasi syahid yang menembus garis pertahanan ‘Israel’. Aksi ini menambah kerumitan serangan dan mengguncang moral pasukan yang sudah terjebak di titik lemah pertahanan mereka.

Kompleksitas Operasi

Yang membuat operasi ini digambarkan sebagai “salah satu yang paling rumit sejak awal perang” adalah kombinasi antara taktik gerilya, penggunaan senjata berat, serta pertempuran jarak dekat dalam satu skenario yang berlangsung berjam-jam.

Menurut pengamat militer, pola ini menunjukkan bahwa Al-Qassam telah berpindah dari gaya perang konvensional ke bentuk perang asimetris yang lebih luwes, memadukan ranjau, roket antitank, dan aksi infiltrasi manusia.

Meski ‘Israel’ berusaha menutupi rincian kerugiannya, laporan-laporan lapangan menyebut adanya kerusakan besar pada kendaraan militer, korban di kalangan tentaranya, serta kebingungan di antara unit-unit yang bertugas di Khan Yunis.

Bagi Al-Qassam, operasi semacam ini bukan hanya menunjukkan kapasitas militer, tetapi juga pesan politik: bahwa setelah berbulan-bulan perang, kekuatan mereka tetap mampu menyerang, beradaptasi, dan memaksa ‘Israel’ membayar harga mahal setiap kali masuk ke Gaza. (zarahamala/arrahmah.id)