WINA (Arrahmah.id) — Menteri Integrasi, Keluarga, dan Urusan Uni Eropa Austria, Claudia Plakolm, mengumumkan pada hari Rabu (10/9/2025) bahwa pemerintah telah menyetujui larangan penggunaan hijab bagi anak-anak perempuan di bawah usia 14 tahun di sekolah.
Plakolm menyatakan setelah rapat kabinet bahwa larangan ini akan mulai berlaku pada musim gugur mendatang.
Ia menambahkan, seperti dilansir TRT Global (11/9), bahwa larangan ini akan mencakup sekolah negeri dan swasta, dengan menekankan bahwa ketidakpatuhan akan mengakibatkan pertemuan dengan keluarga, diikuti dengan denda sebesar $175 (€150) hingga $1.170 (€1.000) bagi orang tua.
Ketika ditanya mengapa siswa diperbolehkan mengenakan salib tetapi tidak jilbab, Plakolm berpendapat bahwa jilbab adalah “simbol penindasan.”
Ia mengatakan bahwa tugas negara adalah memastikan anak perempuan tumbuh dengan kebebasan untuk membuat pilihan mereka sendiri, menekankan bahwa sekolah harus menjadi tempat yang aman untuk perkembangan di mana tidak ada yang boleh menghalangi hal tersebut.
“Anak perempuan harus dapat tumbuh dengan bebas, terlihat, dan percaya diri di negara kita,” tulisnya dalam sebuah unggahan di X.
“Itulah sebabnya kami memutuskan untuk melarang jilbab anak-anak. Larangan ini akan disertai dengan paket langkah-langkah untuk meningkatkan kesadaran di kalangan orang tua, pemberdayaan anak perempuan, dan kerja konsisten dengan anak laki-laki,” tambahnya.
Komunitas Agama Islam di Austria (IGGO) mengkritik keputusan tersebut, dengan menyatakan bahwa semua upaya sebelumnya untuk mencapai solusi konstitusional diabaikan.
“Larangan jilbab adalah politik simbolis yang merugikan anak-anak dan demokrasi,” kata mereka dalam sebuah pernyataan.
Mereka memperingatkan bahwa keputusan tersebut akan mengikis kepercayaan pada supremasi hukum dan mengancam kohesi sosial, sekaligus menstigmatisasi dan meminggirkan anak-anak alih-alih memberdayakan mereka.
Mahkamah Konstitusi Austria sebelumnya telah membatalkan larangan jilbab pada tahun 2020, sebagian karena aturan tersebut dianggap menargetkan umat Muslim. (hanoum/arrahmah.id)