GAZA (Arrahmah.id) – Armada sipil dan kemanusiaan terbesar sejak blokade ‘Israel’ atas Gaza dimulai dijadwalkan berlayar menuju Jalur Gaza dalam empat hari ke depan. Hal ini terjadi sementara ‘Israel’ terus menghalangi masuknya bantuan selama lebih dari lima bulan, bahkan ketika Integrated Food Security Phase Classification (IPC) secara resmi telah menyatakan adanya kelaparan di Gaza.
Global Sumud Flotilla disebut sebagai armada sipil dan kemanusiaan terbesar yang pernah diarahkan ke Gaza, disiapkan dalam waktu yang sangat singkat, serta lahir dari penyatuan empat gerakan akar rumput besar: Freedom Flotilla Coalition, Global March to Gaza, Sumud Convoy, dan Asian Sumud Nusantara.
Koalisi ini menghimpun ribuan orang dari berbagai belahan dunia, mulai dari pengacara, dokter, perawat, jurnalis, anggota parlemen, hingga pegiat hak asasi manusia.
“Bersama-sama, kami menjalankan misi untuk mengirimkan bantuan penyelamat nyawa langsung kepada penduduk Gaza, sekaligus menantang blokade ilegal yang termasuk salah satu kejahatan paling berat menurut hukum internasional,” kata Melanie Schweizer, pengacara sekaligus anggota Komite Pengarah Global Sumud Flotilla.
Sejak 2006, Freedom Flotilla Coalition sudah berkali-kali mengorganisir kapal menuju Gaza untuk memecah blokade ‘Israel’. Beberapa berhasil menembus, sebagian lain dicegat, bahkan pada 2010 salah satu armada diserang dengan kekerasan mematikan hingga menewaskan sepuluh peserta.
Adapun Global March to Gaza yang digelar Maret 2025 lalu berhasil mengerahkan lebih dari 4.000 peserta dari berbagai negara ke Kairo untuk berjalan menuju Rafah, Gaza. Pada saat yang sama, Sumud Convoy mengumpulkan peserta dari Aljazair, Libya, Maroko, dan Tunisia dengan mengorganisir bus menuju titik pertemuan. Namun, aksi mereka diadang secara brutal oleh otoritas Mesir dengan ratusan orang ditahan.
Meski begitu, inisiatif ini membuktikan bahwa masyarakat sipil internasional siap bertindak secara massal dalam solidaritas untuk rakyat Palestina. Hal ini kemudian diperkuat dengan lahirnya Asian Sumud Nusantara, yang memperluas jaringan solidaritas lebih jauh lagi, menunjukkan bahwa perlawanan terhadap genosida tidak terbatas pada satu kawasan, melainkan mendunia.
“Situasi di Gaza benar-benar katastrofik,” ujar Schweizer.
“Global Sumud Flotilla adalah misi damai dan kemanusiaan. Ia membawa bukan hanya makanan dan obat-obatan, tetapi juga harapan jutaan orang: bahwa kemanusiaan akan menang melawan ketidakpedulian.”
Dalam konferensi pers di Tunis awal bulan ini, yang digelar oleh Joint Action Coordination for Palestine, sebuah wadah koordinasi masyarakat sipil, para anggota Global Sumud Flotilla menyatakan bahwa aktivis dari 44 negara telah mendaftar dalam upaya bersama ini.
“Musim panas ini, puluhan kapal, besar maupun kecil, akan berangkat dari berbagai pelabuhan dunia dan berkumpul di Gaza dalam armada sipil terbesar dalam sejarah,” kata Haifa Mansouri, salah satu penyelenggara.
Konvoi pertama dijadwalkan berangkat dari pelabuhan Spanyol pada 31 Agustus, disusul konvoi kedua dari pelabuhan Tunisia pada 4 September. (zarahamala/arrahmah.id)