GAZA (Arrahmah.id) – Misi Global Sumud Flotilla (GSF), yang bertujuan menembus blokade ilegal ‘Israel’ atas Gaza, mengumumkan bahwa armada mereka tinggal tiga hari lagi mencapai Jalur Gaza, dan dalam sehari ke depan akan memasuki “zona oranye” – wilayah paling rawan intersepsi ‘Israel’.
GSF menyebut perjalanan terakhir ini menempuh 370 mil laut. Meski salah satu kapal, Johnny M, mengalami kebocoran mesin dan harus berhenti, seluruh peserta berhasil dievakuasi dengan selamat ke kapal lain. Penyelenggara menegaskan insiden ini tidak akan menunda misi secara signifikan.
Armada lebih dari 40 kapal ini membawa bantuan kemanusiaan seperti susu bayi dan obat-obatan, didampingi relawan dari berbagai profesi: dokter, pengacara, anggota parlemen, aktivis serikat pekerja, hingga pembela HAM. Dua kapal perang dari Italia dan Spanyol juga mengawal armada tersebut.
Ancaman ‘Israel’
Media ‘Israel’ melaporkan bahwa militer Israel tengah bersiap untuk mencegat dan menyita kapal-kapal ini, sebagaimana mereka lakukan terhadap kapal Madeleine dan Handala pada Juni dan Juli lalu. ‘Israel’ menuduh GSF sebagai “flotilla Hamas” dan bersikeras tidak akan mengizinkan kapal-kapal itu memasuki zona perang.
Juru bicara militer ‘Israel’ bahkan mengakui bahwa kali ini tantangannya lebih besar: “Ini berbeda, karena jumlah kapalnya puluhan.”
Pekan lalu, sedikitnya 14 kapal GSF diserang drone tak berawak yang menyebarkan zat kimia dan merusak sistem komunikasi darurat. Aktivis menyebut tindakan itu sebagai bentuk keputusasaan ‘Israel’, serupa dengan represi era apartheid Afrika Selatan.
Mandla Mandela, cucu Nelson Mandela, yang ikut serta dalam misi ini, menegaskan bahwa intimidasi ‘Israel’ mencerminkan pola kekerasan yang biasa mereka lakukan. “Ini tindakan keputusasaan, tak ubahnya dengan apa yang kita saksikan di dekade terakhir apartheid Afrika Selatan,” ujarnya.
Ia menegaskan GSF akan terus berlayar “hingga genosida berhenti, bantuan kemanusiaan mengalir bebas, dan rakyat Palestina merdeka.” (zarahamala/arrahmah.id)