GAZA (Arrahmah.id) — Penulis sekaligus aktivis HAM, Ahmed Abu Zuhri, menegaskan bahwa pola kebrutalan tentara ‘Israel’ bukan tindakan individu, melainkan kebijakan sistematis dalam doktrin militer ‘Israel’. Warga Palestina diperlakukan seolah target sah untuk dihancurkan dan senang-senang.
Dalam wawancara dengan Pusat Informasi Palestina (1/9/2025), Abu Zuhri menjelaskan bahwa pembunuhan warga sipil hanyalah cara melanggengkan penghinaan, penghancuran kehendak, dan mengungkap rasisme yang berakar kuat dalam tubuh militer ‘Israel’.
Ia menegaskan, dokumentasi audio-visual merupakan bukti kejahatan perang dan genosida, sebagaimana diatur dalam Konvensi Jenewa dan Statuta Roma Mahkamah Pidana Internasional. Pembunuhan warga sipil untuk kesenangan tidak memiliki justifikasi militer dan jelas melanggar hukum humaniter internasional.
Seiring berlanjutnya genosida di Gaza, desakan untuk menyeret ‘Israel’ ke pengadilan internasional semakin menguat. Bagi rakyat Palestina, rekaman dan foto-foto yang dibuat sendiri oleh tentara ‘Israel’ adalah bukti paling mengerikan dari runtuhnya nilai kemanusiaan, sekaligus dasar menuntut pertanggungjawaban nyata di hadapan hukum internasional.
Sebelumnya, tentara pendudukan ‘Israel’ selain melakukan pembunuhan, perusakan, dan pembakaran di Jalur Gaza, mereka kerap mendokumentasikan aksi kebrutalan tersebut dengan mimik dan gambaran suka cita penuh kesenangan.
Bukti visual dan tertulis memperlihatkan tentara ‘Israel’ yang bersuka ria membunuh warga sipil Palestina, menghancurkan rumah, serta menembaki pengungsi dan orang kelaparan yang tidak berdaya. Peristiwa itu terjadi di depan kamera, direkam oleh para pelaku sendiri, memperlihatkan hilangnya rasa kemanusiaan.
Di dekat halte distribusi bantuan, saat puluhan warga mengangkat karung tepung hasil perjuangan panjang, sebuah kendaraan Palestina melintas. Seorang tentara ‘Israel’ yang mendokumentasikan adegan itu berteriak, “Cohen, jangan membuat kesalahan!” Sesaat kemudian, penembak jitu ‘Israel’ melepaskan tembakan dan melukai seorang pemuda Palestina tak bersenjata hingga roboh di kendaraannya.
Di lokasi lain, warga sipil yang berlalu-lalang dipantau lewat kamera militer, lalu dijadikan sasaran tembakan di tengah sorak sorai tentara ‘Israel’.
Dalam salah satu video, seorang perwira ‘Israel’ bahkan menyuruh tentaranya “bersenang-senang” sambil menyerbu permukiman Gaza. Tentara ‘Israel’, Yael Sandler, yang datang dari Chicago, turut merekam dirinya saat membual tentang pembunuhan warga Palestina. Media Israel bahkan menggambarkannya sebagai “pahlawan” yang meninggalkan “Mimpi Amerika” demi ikut dalam perang pemusnahan itu.
Rekaman lain memperlihatkan tentara menghancurkan bangunan di Gaza, lalu menyalakan suar biru untuk merayakan kelahiran seorang bayi ‘Israel’. Mereka tertawa, bersorak, dan mengejek, sementara puing-puing rumah warga Palestina runtuh di belakang mereka.
Banyak video yang diunggah ke media sosial memperlihatkan tentara ‘Israel’ bercanda sambil tank mereka menembakkan peluru ke rumah-rumah penduduk Gaza. Di Shuja’iyya, Gaza timur, video lain memperlihatkan tentara mendokumentasikan kehancuran besar akibat serangan brutal.
Lebih sadis lagi, sebuah video menunjukkan seorang tentara bersorak gembira setelah menembak warga tak bersenjata yang berusaha keluar dari rumah terbakar. Dengan penuh kebanggaan ia berteriak, “Saya menembaknya… kau lihat?” diiringi tawa tentara lain.
Kebiadaban ini juga dikuatkan oleh kesaksian langsung korban. Umm Muhammad (45), warga Zeitoun, menyaksikan tentara berfoto di samping jenazah sipil yang terbunuh, sambil tertawa keras, sementara ia dan anak-anaknya terjebak berjam-jam dalam ancaman maut.
Hassan (22) dari Khan Yunis menuturkan, “Kami mendengar tentara bertepuk tangan dan tertawa setelah menghancurkan rumah tetangga kami dengan rudal. Mereka saling memanggil untuk berfoto seolah-olah sedang berlibur.”
Organisasi hak asasi manusia internasional turut mendokumentasikan pola serupa: tentara Israel berpose di samping jenazah warga Palestina, menggunakan bahasa perayaan, dan mengubah pembunuhan menjadi tontonan. Semua ini mencerminkan doktrin militer yang merendahkan martabat manusia dan menjadikan genosida sebagai ajang hiburan. (hanoum/arrahmah.id)