KABUL (Arrahmah.id) – Sebuah perjanjian senilai $10 miliar untuk proyek pembangkit listrik 10.000 megawatt telah ditandatangani antara Kementerian Energi dan Air Imarah Islam Afghanistan dan sebuah perusahaan swasta domestik.
Menteri Energi dan Air menggambarkan perjanjian ini sebagai pencapaian besar bagi Imarah Islam dan langkah signifikan menuju pembangunan ekonomi Afghanistan.
Menurut perjanjian tersebut, proyek pembangkit listrik yang memanfaatkan sumber daya tenaga surya, batu bara, air, angin, dan gas akan dilaksanakan dengan tujuan menghasilkan 10.000 megawatt listrik di seluruh negeri.
Abdul Latif Mansoor, Pejabat Menteri Energi dan Air, menyatakan: “Ini merupakan pencapaian besar bagi kami. Di dunia saat ini, listrik merupakan kebutuhan penting bagi setiap individu, baik di bidang kesehatan, industri, maupun untuk keluarga dan rumah tangga.”
Ia lebih lanjut menekankan sumber daya energi Afghanistan yang melimpah dan mengajak investor lain untuk berpartisipasi dalam berbagai proyek infrastruktur, terutama di sektor energi, lansir Tolo News (2/8/2025).
Ia berkata: “Kami yakinkan Anda bahwa Afghanistan memiliki sumber daya yang sangat baik untuk menghasilkan energi, mulai dari air dan angin hingga tenaga surya dan gas, semua sumber daya ini tersedia di negara ini.”
Pimpinan perusahaan swasta tersebut menyatakan bahwa desain teknis proyek akan selesai dalam enam bulan ke depan. Pada tahap pertama, produksi listrik praktis sebesar 2.000 hingga 3.000 megawatt akan dimulai.
Mirwais Azizi menekankan bahwa sebuah pusat pelatihan akan didirikan untuk membangun kapasitas profesional warga Afghanistan, dan rencananya 98% tenaga kerja proyek akan terdiri dari warga negara Afghanistan.
Linimasa Proyek:
2026 hingga 2032
Kapasitas Produksi Energi Berdasarkan Sumber:
Batubara: 3.400 MW (Balkh, Bamiyan, Herat, Baghlan)
Gas: 3.700 MW (Jawzjan, Herat, Zona Utara)
Pembangkit Listrik Tenaga Air: 2.040 MW (Kabul, Kapisa, Daikundi)
Angin: 700 MW (Herat, Farah)
Tenaga Surya: 200 MW (Kabul, Kandahar, Ghazni)
Mirwais Azizi, pimpinan perusahaan swasta tersebut, mengatakan: “Proyek ini akan melibatkan 17 hingga 18 tenaga ahli asing. Tujuan kami adalah melatih warga Afghanistan dan menjadikan mereka 98% dari tenaga kerja, dengan mempercayakan sepenuhnya tanggung jawab kepada mereka.”
Kesepakatan ini muncul di saat kekurangan listrik masih menjadi tantangan utama bagi industri dan kehidupan sehari-hari di Afghanistan. (haninmazaya/arrahmah.id)